Senin, 27 Agustus 2012

FAKTA & PERISTIWA

           Untuk mengenang peristiwa penting yang pernah terjadi di tengah-tengah masyarakat Talang Segegah yang bersifat sensasional, menggemparkan, menggembirakan ataupun menyedihkan yang pernah terjadi dalam sejarah. Antaranya :

Ø  Tahun 1930  Belanda membagikan Kopon hadiah bagi warga yang memiliki kebun karet. Kopon tersebut dapat ditukar dengan uang. Jumlah kopon disesuaikan dengan luas kebun karet yang dimiliki, maka masa ini disebut zaman kopon

Ø  Tahun 1942 tentara Jepang melui kaki tangannya dalam kampung yang disebut ‘Raja Kiding’ mengangkut padi dari lumbung-lumbung masyarakat , padi tersebut dibawa entah kemana, yang tersisa adalah padi yang disembunyikan dalam tanah. Masa ini masyarakat jatuh melarat, sehingga pakaianpun harus dibuat dari kulit terap, makan gadung dan biji para (buah Karet)

Ø  Tahun 1957 masyarakat diperintahkan oleh Kepala Kampung membuat lobang tanah dekat rumah untuk persembunyian anggota keluarga, jika suatu waktu terjadi perang. Lobangpun digali dan setiap keluarga sudah memiliki lobang tanah. Namun perang yang diisukan itu tidak ada hanya pemberontakan PRRI-PERMESTA. Tidak terjadi korban jiwa dalam hal ini.

Ø  Tahun 1973 pertama kali jembatan gantung mesumai dibangun satu-satunya akses masuk ke Talang Segegah, diresmikan oleh Bupati Sarko M.Syukur. Saat inilah pertamakalinya sepeda motor memasuki Talang Segegah.

Ø  Tahun 1976 Jembatan gantung mesumai yang dibangun tahun 1973 putus dilanda banjir. warga masyarakat yang hendak keluar desa terpaksa menyeberang menggunakan rakit bambu, namun setahun kemudian sudah diperbaiki kembali. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.

Ø  Tahun 1984 Kepala Desa dipilih masyarakat secara langsung, sebelumnya Kepala Desa ditunjuk oleh tokoh masyarakat.

Ø  Tahun 1993 melalui proyek P2D dana APBN dibangun jembatan beton mesumai dan jalan roda empat menuju Talang Segegah, masyarakat menyambut dengan sukacita, setiap hari pengerjaan jalan atau jembatan tersebut ditonton banyak warga. Pada tanggal 17 juli 1993 mobil angkutan umum pertama masuk ke Talang Segegah

Ø  Tahun 1994 Peletakan batu pertama masjid Alfatah setelah mesjid lama yang terbuat dari batu kapur dirobohkan, pembangunan masjid yang baru ini diprakarsai oleh KH.Satar Saleh.



Ø  Tahun  1997 terjadi kebakaran hutan di renah sedang seluas lebih kurang 50 hektare, disebabkan kemarau panjang atau dikenal dengan gejala ‘elnino’ , masyarakat bergotong royong memadamkan api. Tidak ada korban jiwa maupun kerugian materi dalam kejadian ini.

Ø  Tahun 1995 duku gedang milik keluarga Hj.Sawiyah dinobatkan oleh Bupati Sarko Zainul Imron sebagai pohon duku terbesar di Kabupaten Sarko saat itu, yaitu lingkaran batang 2,60 m pada 150 cm dari tanah.

Ø  Tahun 1999 Listrik PLN masuk desa

Ø  Tahun 2002 Bupati Merangin Rotani Yutaka meresmikan pemakaian Masjid Alfatah, meski belum selesai keseluruhannya. dalam peresmian ini dilakukan lelang dalam rangka mencari tambahan dana pembangunan kubah masjid, saat itu Bupati membeli lemang pulut dua batang seharga dua juta rupiah, ditambah wakaf semen 100 zak. Inilah lemang termahal di dunia.

Ø  Tahun 2004 Diresmikan lubuk larangan pertama dalam sejarah desa yaitu ‘Lubuk Kendo’ dusun Muara Segegah oleh Bupati Merangin Rotani Yutaka.

Ø  Tahun 2012 sebanyak 142 warga menanda tangani surat penolakan perusahaan penanaman HTI  untuk disampaikan ke Bupati Merangin, karna resah khawatir perusahaan akan mengambil alih tanahnya.


PEJUANG MENENTANG PENJAJAH

Senjata Latung Juk
         Berdasarkan cerita dari mulut kemulut pernah ada warga desa Talang Segegah yang menentang penjajahan Belanda dengan ikut berperang di Pengantung bersama pejuang-pejuang dari  daerah lain untuk menghambat perjalanan pasukan Belanda yang menyusuri sungai mesumai dari timur menuju barat.               ( Pengantung adalah nama satu tempat  dipinggir sungai mesumai di desa Muara Bantan Kecamatan Renah Pembarap ) Pahlawan yang sangat dikenal itu bernama :

Skin Ulu Gading Gajah

1.   H.Kulup Itam. pahlawan ini tewas di medan tempur.

2.     Latung Ijuk. 
tidak diketahui nama aslinya oleh karna badannya hitam dan rambutnya kasar seperti ijuk,  Latung itu sendiri berarti gulung/gumpalan. latung ijuk berarti gulungan ijuk. Beliau selamat dan meninggal dunia dan dimakamkan di dusun Muara Segegah.

          Persenjataan masa lalu yang masih tersimpan di masyarakat adalah seperti : Keris pusako sarung perak, skin ulu gading gajah, tombak daun umbai dan lain-lain.
Dalam rangka merebut kemerdekaan serta mempertahankannya  ada putra Talang Segegah yang terjun dimedan perang bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat)  beliau adalah Abdul Wahab bin Tahir, terdaftar sebagai veteran Republik Indonesia beliau dilahirkan tahun 1917 dan wafat tahun 1993.






NAMA-NAMA MEMIMPIN TALANG SEGEGAH




No
Nama
Jabatan
Periode
Keterangan
1
H.Husin bin
Kepala Kampung
1930-1936
Dibawah Cinto Berajo
2
H.Sya’ri bin H.Ibrohim
Kepala Kampung
1937-1940
Dibawah Cinto Berajo
3
HM.Thoyib bin H.Abdurrahman
Kepala Kampung
1941-1949
Dibawah Cinto Berajo
4
Mukhtib bin H.Ibrohim
Kepala Kampung
1950-1958
Dibawah Cinto Berajo
5
Mukhtar  bin HM.Thoyib
Kepala Kampung
1959-1975
Dibawah Camat
6
Busri  bin  Suhul
Kepala Kampung
1976-1983
Dibawah Camat
7
Bukri bin Rasid
Kepala Desa
1984-1989
Dibawah Camat
8
Mohd.Asnawi bin M.Sofi
Pjs.Kepala Desa
1990-1993
Dibawah Camat
9
Mohd.Hakim bin Ali Mesir
Kepala Desa
1994-2002
Dibawah Camat
10
Zulkipli  bin Ali Mesir
Kepala Desa
2003-Mei 2008
Dibawah Camat
11
M.Nazir bin M.Kasim
Pjs Kepala Desa
Juni-Des 2008
Dibawah Camat
12
Mohd.Sahir bin  Rasid
Kepala Desa
2009-sekarang
Dibawah Camat

AGAMA DAN KEPERCAYAAN

Agama dan kepercayaan penduduk Talang Segegah dari dulu hingga sekarang memeluk agama islam sejak masuknya peladang-peladang ke Talang Segegah dari Tanah Renah ci-kal bakal penduduk desa Talang Segegah, hal ini dapat dibuktikan dengan :
            1.Tata letak batu nisan pada semua kuburan zaman dulu hingga sekarang yang ada         dibeberapa tempat dalam wilayah desa  semuanya mengarah utara selatan termasuk            makam setyo nyato ini menandakan makam umat islam.
            2.Ditemukan susunan batu besar di tepian langsat persis ditepi sungai  diatur demikian   rupa memanjang arah timur- barat , diduga batu-batu ini digunakan untuk tempat   sholat setelah selesai beraktivitas.
            3.Ada nama “Rumah surau” di dusun kampung surau sekarang,  meski bangunan             tersebut tidak ada lagi , nama surau sudah dipastikan tempat beribadah.
            4.Terdapat makam Syekh Maulana Qory (orang tuo keramat )penyebar islam provinsi     jambi berada dipinggir jalan masuk desa Talang Segegah atau berada di perbatasan desa         Talang segegah dengan Desa Muara Panco timur sekarang.
            5.Terdapat nama ulama besar yang tinggal dan lahir di desa ini yaitu H.Abdurrahman

            Adapun KH.Abdurrahman (haji sayo) wafat tahun 1890 memiliki anak dua putra dan tiga putri. Anak beliau  yang pertama KH.M.Thoyib pernah belajar di  Mekah selama 10 tahun wafat di Talang Segegah pada tahun 1970. anak beliau kedua KH.Jalaludin pernah belajar di Mekah selama 12 tahun wafat di Talang Segegah tahun 1973. KH. Jalaludin memiliki anak bernama KH.Sibawaihi pendiri pondok Pesantren Haqqul yaqin Desa Muara Panco. dan salah satu anak beliau adalah Drs. Ahmad Tarmizi, MHi, yang sekarang menjabat Ketua Majlis Ulama ( MUI ) Kota Jambi, Prov. Jambi. Dan dosen di Fakultas Syariah di  IAIN STS Jambi. Dari tiga anak putri KH.Abdurrahman (Haji Sayo) anaknya yang paling bungsu  bernama Hj.Siti Fatimah mempunyai cucu bernama KH.Satar Saleh  pendiri yayasan STAI Syekh Maulana Qory dan Pimpinan Ponpes SMQ Ttitian Teras Bangko, Merangin. Dan Ketua Majlis Ulama Kabupaten Merangin Prov. Jambi.

BATAS-BATAS DESA


Desa Talang Segegah masih merasa  terikat secara adat didalam wilayah Marga Tanah Renah yang merupakan satu nenek moyang keturunan, maka batas desa yang ditentukan adalah batas marga tanah renah dengan marga lain, dalam hal ini Talang Segegah hanya satu sisi yang berbatas dengan marga lain yaitu dengan Desa Nalo, maka batasnya menurut adat raja Depati Setyo Nyato adalah ”Sungai yang mengucur ke batang nalo milik nalo, sedangkan Sungai yang mengucur ke batang mesumai milik marga Tanah renah.
Adapun desa-desa yang sebelumnya satu marga adalah tanpa ada batas, dengan kata adat “ Ke air samo ber-ikan kedarat samo berkayu”  artinya jika penduduk sama-sama satu marga boleh saja mengambil lahan yang belum dimiliki orang lain begitu juga hasil sungainya. Sebagai buktinya banyak warga desa lain dalam satu marga yang mengambil lahan dalam wilayah Talang Segegah.seperti warga desa Muara Panco, Desa Durian Betakuk.dll, begitu pula sebaliknya.
            Namun secara administrasi Talang Segegah mempunyai batas wilayah tertentu yang seluruhnya seluas 18.000.Ha (delapan belas ribu hectare)membentang empat persegi panjang yaitu
1.Sebelah Barat laut   : Batu kukuh
2.Sebelah Barat daya  : Sungai melintang
3.Sebelah Tenggara    : Batu Lesung
4.Sebelah Timur Laut  :Bukit Kayu lawang.

Batas-batas tersebut diatas sebagaimana ditegaskan oleh Mukhtar bin HM.Thoyib mantan kepala Kampung Talang Segegah pada tahun 1990  beliau menjabat  dua  periode tahun 1959-1975





SISTEM PEMERINTAHAN

          Pada zaman kerajaan Depati Setyo nyato Talang segegah masih merupakan ladang tempat masyarakat bercocok tanam, setelah Belanda masuk,  Talang Segegah  sudah disebut kampung Talang Segegah dipimpin seorang kepala kampung  berada dibawah seorang Cinto berajo, Cinto Berajo ini mengepalai lima buah kampung yaitu  Tanah Renah,Durian Betakuk,Muara Bantan, Marus dan Talang Segegah . Cinto Berajo berada dibawah pasirah yaitu kepala marga Tanah Renah Distric Sungai Manau. Sejak pemilu pertama RI Tahun  1955 Cinto berajo dihapus, maka kedudukan Kepala Kampung langsung berada dibawah pasirah.
 Perubahan Kampung menjadi Desa berdasarkan undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Desa. Maka nama kampung dirobah menjadi Desa yaitu Desa Talang Segegah kepala desa berada dibawah camat kecamatan  Sungai Manau, kemudian ada pemekaran Kecamatan sesuai letak geografisnya  membuat Talang Segegah berada di wilayah kecamatan baru yaitu Kecamatan Renah Pembarap.         
 Didalam wilayah desa Talang Segegah terdapat tiga kelompok pemukiman dan disebut dusun setiap dusun dipimpin seorang kepala dusun yang bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Adapun dusun-dusun dimaksud adalah :

            1.Dusun Talang Satu
            2 Dusun Talang Dua
            3 Dusun Muara Segegah.

Pada tahun 2004 terjadi pemekaran dan penambahan  dusun yaitu :

1.dusun talang satu menjadi dua dusun yaitu dusun kampung surau dan dusun kampung masjid                             sehingga nama dusun talang satu dihilangkan. sebagaimana disinggung diatas.

2.dusun hijran baru adalah dusun yang baru terbentuk dari perpindahan penduduk dalam satu desa.         Sedangkan nama hijran baru diambil dari nama pondok pengajian jumpo di pangkal jembatan mesumai desa talang segegah, oleh karna pimpinan terakhir pondok pengajian tersebut Mohd.Sofi meninggal dunia tahun 1990 pondok tersebut ditutup dan tanahnya dikembalikan ke pemilik.

ASAL NAMA TALANG SEGEGAH



Talang = artinya ladang, pergi menalang artinya pergi berladang, yaitu pergi membuka lahan baru dan menetap sementara maupun  lama dilahan tersebut untuk bercocok tanam atau mengolah sawah.adapun ladang yang sudah ditanami disebut ” umo”
Segegah= kalimat yang asal katanya sigagah artinya gagah atau tampan, gagah atau tampan ini adalah sebutan kepada mahluk halus jin islam yang lebih dulu menghuni kawasan ini yang selalu menampakkan diri seperti manusia gagah atau tampan dan berpakaian jubah  bersorban besar berwarna hitam. Jin tersebut sering terlihat oleh penduduk hingga datangnya ulama-ulama yang dapat memindahkan jin tersebut,  pada masa itu sang jin selalu mondar mandir disore hari antara lubuk taman sungai segegah, lubuk telun (air terjun Talang Segegah) dan duduk di batu gedang (batu besar ) sekarang dekat masjid Talang Segegah batu tersebut tertimbun pembangunan jalan pada tahun 1994.
            Segegah juga dipakai untuk nama dua sungai yang melintas ditengah-tengah desa Talang Segegah, yaitu Sungai Batang Segegah Gedang (Batang gah gedang) dan Sungai segegah kecik (Batang gah kecik)






TERBENTUKNYA KAMPUNG ATAU DUSUN



             Belanda tidak pernah masuk secara langsung  kewilayah ini, namun melalui penduduk yang menjadi suruhannya memerintahkan penduduk yang berpencar-pencar  tadi  yang berada di kawasan asal yaitu Durian Dangkal,Guguk Tigo,Guguk mudik dan Air dingin dipindahkan pada satu tempat bernama  Renah Utan Udang, di Renah utan udang ini sudah ada satu rumah yang  didirikan oleh Tungku Abd.Hamid seorang pemuka agama islam, rumah ini disebut ‘Rumah Surau’. Rumah surau ini berfungsi sebagai tempat tinggal Tungku Abd.Hamid sekaligus dijadikan tempat beribadah bagi penduduk, selanjutnya dibangun pula penampungan bagi pindahan tempat lain yang disebut ‘Rumah Inggap’. setelah dihuni beberapa buah rumah maka penduduk menyebutnya dusun lembak (lembak=bawah), karna  nanti dalam bagian ini ada yang disebut dusun dahat  (dahat atau darat=diatas) . Pada tahun 1984 dusun Lembak diganti menjadi dusun Talang Satu kemudian  pada tahun 2004 ada pemekaran dusun Talang Satu menjadi  dua  dusun yaitu dusun Kampung Surau  untuk mengembalikan nama asalnya dan dusun Kampung Masjid , asal mula nama kampung masjid adalah dimana di selatan dusun tersebut dibangun sebuah masjid desa,
            Adapun  penduduk yang berada di renah cempedak dipindahkan ke dusun dahat yang sekarang Dusun Talang Dua dan yang berada di Muara segegah tidak dipindahkan.

PENDUDUK PERTAMA



              Depati Setyo Nyato adalah dikenal  seorang raja yang bertempat tinggal di Tanah Renah (Sekarang Desa Muara Panco Timur Kecamatan Renah Pembarap)suatu ketika  mengajak warganya mencari lahan baru untuk dijadikan sawah maupun ladang untuk mengatasi pekembangan penduduk diwilayahnya, maka berangkatlah menyeberang sungai mesumai dan mengolah payo (payau)di sungai gunggung untuk dijadikan sawah dan berladang di durian dangkal (sebelah utara Jembatan mesumai) dan bertempat tinggal disana ,Secara berangsur-angsur beranjak menuju kearah utara yaitu ke guguk tigo,guguk mudik, air dingin, renah cempedak dan ada yang ke muara segegah setelah lahan pertama selesai ditanami ,kemudian berpindah-pindah dan bermukim secara kelompok dan berpincar-pincar namun sewaktu waktu tertentu kembali ke tempat asalnya  di Tanah Renah,misalnya pada saat hari-hari besar agama islam dan upacara adat tahunan makan jantung kerbau. Seiring pesatnya penduduk akhirnya sebagian tinggal menetap di ladangnya,
            Sebagai bukti mereka menetap didaerah tersebut yaitu masih tersisa batu sendi rumah, yaitu batu sungai yang dijadikan alas tiang rumah, jika tanpa batu sendi atau tiang dengan ditanam kedalam tanah  maka daya tahannya sementara. Mereka bermukim secara berpincar gunanya untuk mendapat lahan satu hamparan yang luas . Pembukaan ladang baru ini langsung dipimpin Setyonyato.Sebagai bukti bahwa Setyo Nyato ikut memimpin masyarakatnya berladang dan menuko (mencetak) sawah adalah makamnya berada diwilayah ini lebih kurang 100(seratus)meter dari sawah.
            Disini diwilayah tersebut diatas mereka menemukan tanah yang cocok untuk dijadikan sawah dan tempat berladang. Salah satu ciri lahan yang dicari adalah :
1.datar/tidak terlalu miring
2.dekat dengan air/dapat aliri air
3.tanahnya subur
            Sejak itu mereka mulai mengolah tanah basah untuk dijadikan sawah dan tanah kering dijadikan tempat berladang menanam padi, sayuran dan ubi-ubian.tahun demi tahun berjalan , maka secara berangsur-angsur pula lahan tersebut dijadikan sawah ,mereka mulai menuko (mencetak)sawah yaitu dari daerah yang paling tinggi dapat dijangkau air, cara seperti ini untuk memudahkan mencetak ‘ Lupak’ istilah bahasa setempat yang artinya petak sawah secara bersambung-sambung  sesuai prinsip : berayik sawah dateh lembab sawah bawah artinya jika sawah yang diatas berair, maka sawah dibawahnya akan lembab dan mudah untuk dituko(dicetak)


Makam Depati Setyo Nyato

Di atas makam

Di atas bukit kuburan